Registrasi Susulan

Selamat Datang di kampus UNY!
kampusnya insan bertaqwa, cendekia dan mandiri.

Terima kasih kepada teman-teman yang telah bersabar dalam registrasi tutorial beberapa waktu lalu, kepada teman-teman yang belum melakukan registrasi dan verifikasi dapat mengikuti registrasi susulan tanggal 11 - 12 Agustus 2012 langsung di kantor Tutorial PAI UNY yang bertempat di IEC Lantai 2.

Salam Mahasiswa Muslim Engineering!
Salam Mahasiswa Muslim Indonesia!

Selasa, 07 Agustus 2012

RAMADHAN, BULAN INTROSPEKSI DIRI (MUHASABAH)

Segala puja-puji secara sempurna hanya milik Allah, Zat yang Maha Menguasai alam Semesta, Zat yang Maha Menguasai terang dan gelap, Zat yang Menguasai tiap-tiap saat, sungguh tiada satu detikpun kecuali milik Allah.

Dari Syadad bin Aus ra., dari Rasulullah SAW., beliau berkata: “Orang yang pandai adalah yang menghisap(mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ’Hadits ini adalah hadits hasan’)



Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian sebuah planing dan msi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhoan Rab-Nya. Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terkhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW. dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.


Hadits di atas dibuka Rasulullah dengan sabdanya: “Orang yang pandai (sukses) adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.” Unagkapan sederhana ini sungguh menggambarkan sebuah visi yang harus dimiliki seorang muslim. Sebuah visi yang membentang bahkan menembus dimensi kehidupan dunia, yaitu visi kehidupan setelah kematian.

Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi dan rencana untuk kehidupannya yang kekal abadi. Karena orang sukses adalah yang mampu mengukur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah yang ‘rela’ mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, ‘kebahagiaan kehidupan ukhrawi.’
Dalam Al Qur’an, Allah SWT. seringkali mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini,diantaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr ayat 18. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat), dan bertakwalah Kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. selain itu, Rasulullah SAW. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkanoleh Rasulullah SAW. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ‘dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah SAW. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, dalam bukunya Fiqih Prioritas, hal paling fundamental ketika akan membangun suatu masyarakat adalahmemperbaiki lebih dulu setiap pribadi. Dalam makna lain, ad evaluasi dalam setiap umat. ‘…..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadan suatu kaum hingga mereka mengubah yang ada pada diri mereka sendiri…..” (Ar-Ra’d: 11).

Inilah yang menurut ulama besar dan ahli fiqih islam Dr. Yusuf Qardhawi, sebenarnya yang menjadi dasar setiap usaha perbaikan, perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang dimulai dari individu, yang menjadi pondasi bangunan secara menyeluruh. Karena kita tidak bisa berharap untuk mendirikan sebuah bangunan yang selamat dan kokoh kalau batu-batu pondasinya keropos dan rusak.

sumber: http://alhabsyi-qori-history.blogspot.com/2012/05/muhasabah-dalam-hidup.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar